Cantik dan dicintai.

Bismillahirrahmanirrahim.

Spring-Blooming-Flower-

Image source: here.

Hari ini saya mulai dengan kebiasaan yang selalu dilakukan setiap pagi; mengecek HP. Melihat notif-notif yang ada di medsos, bagaikan orang kecanduan. Di Path, saya menemukan salah seorang teman SMP dan SMA saya menshare fotonya saat ini; mengenakan kebaya rapi dan didandan. Cantik sekali. Tapi bukan itu yang menarik perhatian saya, di foto tersebut ia terlihat sangat langsing. Padahal, kita tumbuh 6 tahun bersama. Walaupun bukan teman dekat tapi setidaknya saya memperhatikan perkembangannya di usia remaja kami. Dulu, ukuran badan kami sama-sama ‘besar’ (kalau tidak mau dibilang gembrot 😆 ). Dan kemudian kita kuliah di tempat berbeda, dan setelah hampir 4 tahun terlewati taraaa.. dia berubah menjadi wanita muda yang cantik mengkilap sedangkan saya masih begini saja. Lo ngapain aja deh Fath selama ini? 🙄

Lantas, setelah itu saya memasang status di medsos yang lain; Line. Isinya kurang lebih begini,

“… kok temen-temen SMP ama SMA gw udah pada langsing-langsing. Pingin dong langsing juga, setidaknya buat mematahkan teori bahwa katanya gw gak bisa langsing karena tulang gw emang udah dasarnya gede-gede.”

Terus, saya pindah ke medsos yang lain, Facebook. Saya menemukan link yang sangat amat bagus menurut saya di wall salah satu teman saya. Silahkan dibaca di sini. Kemudian, saya tercerahkan. Kayaknya naif dan kurang bersyukur banget saya jadi orang. Saya langsung hapus status di Line yang baru saya buat dan berjanji pada diri sendiri untuk tidak akan pernah memasang status serupa. Semoga saya selalu ingat

***

Saya sebenernya nggak paham sejak kayak kemudian saya aware akan hal-hal berbau fisik. Biasanya saya cenderung tidak peduli dengan penampilan; berpakaian seenaknya, setidaknya kewajiban saya untuk mandi, bersih-bersih, cuci muka dan sikat gigi sudah dipenuhi. That’s it. Jangan harapkan di kamar atau tas saya akan ditemukan makeup dan paket-paket perawatan. Alih-alih hanya minyak telon dan bedak bayi (yang itu pun jarang disentuh) yang bisa ditemukan. Saya juga tidak peduli dengan bobot badan saya yang meskipun konstan tapi masih berada di posisi teratas dibandingkan teman-teman yang saya kenal. Saya masih suka makan seenaknya, jarang berolahraga dan ngemil.

Tapi..

Di saat saya tidak peduli itu, sekarang saya malah merindukannya. Saya tidak perlu usaha berlebih untuk menggunakan ini itu dan wajah saya baik-baik saja. Saya tidak perlu menahan-nahan lapar atau mengurangi porsi makan saya dan perut saya tetap rata. Sekarang, semuanya malah menjadi kebalikan. Semakin saya mengkhawatirkannya, semakin saya memerhatikannya, saya malah merasa semakin kurang dan kurang. Hey, what’s going on, Fath? 😥

Media sosial menghancurkan saya. Ya, saya paham kenapa kemudian sekarang saya cenderung tidak peduli, karena dulu hape saya tidak terlalu canggih dan satu-satunya medsos yang bisa saya buka via HP adalah BBM. Sekarang? HP saya sudah bisa menopang kekepoan saya, dan hasilnya adalah saya ‘termakan’ untuk mengcompare diri dan orang lain. Ini fakta, mungkin tidak hanya saya yang mengalami hal serupa.

Rasanya terlalu naif kalau saya bilang bahwa cantik itu tidak hanya soal fisik, tapi jiwa juga. Yap, the theory is true, but the reality; bullshit. Sekarang saya tanya, kalau cantik itu semata-mata hanya soal jiwa, kenapa banyak wanita yang kemudian berlomba-lomba menghias wajahnya, bahkan sampai terlihat jauh lebih dewasa dari usia yang sesungguhnya? Dan laki-laki, kenapa mereka tidak pernah memilih seseorang yang pintar mengaji dan baik hatinya tapi gendut dan berkulit gelap dibandingkan perempuan yang putih langsing semampai dan harum semerbak walaupun dia sering membincangkan orang? Iya kah kecantikan itu tidak hanya soal fisik?

Saya bisa jawab, ya, cantik itu soal fisik. Setidaknya saya berkata begini untuk mewakilkan pemahaman mayoritas orang-orang di sekitar kita. Saya bilang mayoritas ya, bukan semua. Kemudian, saya ada di pihak dengan pemahaman yang mana? Saya ingin percaya bahwa saya berada di komunitas kaum minoritas, yang menganggap bahwa keindahan yang terlihat mata itu bukan segala-galanya. Saya masih ingin percaya dan tidak skeptis bahwa di luar sana masih banyak laki-laki baik yang lebih mempertimbangkan akhlak dibandingkan wajah jelita semata. Syukur, kalau bisa dapat dua-duanya. Bukan begitu? 🙂

Sebenarnya saya lelah membanding-bandingkan diri saya dengan orang lain. Di saat orang lain berlomba-lomba melangsingkan dirinya atau memuluskan wajahnya, kemudian saya ‘mengikuti’ hanya supaya saya tidak dibilang tertinggal. Maksudnya tertinggal adalah, saya tetap begini-begini saja padahal teman-teman saya mengupgrade dirinya, maka saya akan terlihat makin kontras dari mereka. Lantas kalau sudah kontras, maka kenapa?

Pertanyaan yang masih lekat di benak saya juga adalah, perempuan-perempuan ini melakukan itu semua untuk apa? Ketika saya senam, berpuluh perempuan bersusah payah dan berpeluh-peluh demi mendapatkan bentuk badan ideal, walaupun ada beberapa yang menggunakan dalih untuk kesehatan, tapi nggak munafik, siapa sih perempuan yang nggak ‘ngiler’ liat bodyshape yang kayak buah pir dengan perut rata dan muskulus rectus abdominis menonjol-nonjol? Untuk kaum adam. Maksud saya, untuk memikat mereka. Mungkin, kepercayaan diri para perempuan tersebut akan meningkat jika fisik mereka baik.

Sebenarnya saya benci untuk memikirkan fakta tersebut, bahwa yang dilihat laki-laki pertama kali adalah apa yang dilihat mata. Walaupun saya bisa mengatakan bahwa saya bukan orang baik dan fisik saya juga bukan masuk jajaran mahakarya, tapi saya ingin tetap optimis bahwa suatu hari nanti ada orang yang kemudian akan mencintai saya bukan hanya karena apa yang dilihatnya, tapi mungkin entah karena saya suka membaca, hobi kami sama, kami bisa mengobrol lama tanpa pernah bosan dan lain-lain. Itu esensi dicintai yang masih ingin saya anut sampai saat ini. Katakan saya masih idealis seperti itu. Tapi kemudian harapan-harapan itu mulai gugur ketika orang-orang yang saya sukai misal mengatakan tertarik dengan teman saya yang cantik, yang bulu matanya lentik atau yang berkulit putih bagai porselin. Jarang sekali saya mendengar kaum pria mengatakan bahwa mereka mencari perempuan yang bisa mengingatkannya untuk terus beribadah, yang cerdas, yang suka membaca atau hal-hal baik lainnya. Di mana mereka?

Cantik dan dicintai. Sekarang saya malah cenderung pesimis bahwa hanya orang-orang yang baik rupa yang bisa mendapatkan siapapun yang dia senangi. Hanya orang cantik yang layak dicintai. Orang-orang seperti saya hanya bisa menatap punggung laki-laki yang disenangi sambil berharap ia berubah menjadi putri. Saya berpikir bahwa, bagaimanapun keadaan ‘si cantik’, laki-laki manapun mesti tak akan pergi. Laki-laki bepikir bahwa si jelita layak untuk mereka lindungi sedangkan orang seperti saya sudah mampu berdiri dan bertahan sendiri. Bahkan, mungkin ada beberapa laki-laki yang ‘memberi kode’ untuk saya, tapi saya meragukan mereka karena saya yakin mereka akan pergi setelah memperhatikan saya lamat-lamat. Ya, saya sudah sampai di titik demikian pesimis.

***

Kemudian saya teringat, … jadikan sabar dan shalat menjadi penolongmu. Ya, mungkin saya sudah berpikir buruk dan su’udzhon kepada Allah dan dunia, tapi saya paham betul bahwa semua yang di dunia ini adalah milik Allah, jadi jika kita menginginkannya, mintalah kepada yang punya. Meskipun, hasil akhir kita tak punya kuasa. Saya ingin tetap percaya bahwa cantik itu tidak hanya soal wajah, tapi akhlak, perbuatan dan jiwa. Mungkin, saya tidak selangsing teman-teman saya ataupun seputih dan secantik orang di luar sana, tapi pasti, insyaAllah, akan ada orang yang mencintai saya karena saya adalah saya. Saya yang suka membaca, saya yang senang hujan, saya yang senang membayangkan suasana sambil menutup mata, saya yang suaranya besar, saya yang menyebalkan, saya yang kadang baik, saya yang suka ngambek, saya yang punya banyak jerawat di wajah, saya yang perutnya buncit, saya yang juga sangat mencintainya, bahkan lebih banyak.

Jadi, untuk orang-orang sejenis saya yang masih menganggap bahwa kita harus putih, kita harus langsing, kita HARUS SEPERTI DIA; jangan mau dibegoin keadaan. Allah toh nggak akan pernah menilai fisik kita. Mata, hidung, rambut, tubuh semampai itu semua Allah yang menciptakan. Bersyukur Allah masih beri penglihatan, di saat orang lain mendamba untuk melihat orang yang ia cinta. Bersyukur masih bisa mendengar, di saat orang lain ingin tahu apa itu Al-Qur’an. Bersyukur masih bisa berbicara, di saat orang lain berharap ia bisa mengucap syukur.

Berhenti membandingkan! Karena kita tidak akan pernah sama. Mending jadi orang yang biasa tapi bisa mensyukui keadaan dibandingkan orang yang memiliki segala tapi tidak pernah puas. Laki-laki baik akan mendekat saat diri kita baik pula, setuju? 😉

Terakhir, dari tulisan di link yang saya share barusan, saya suka sekali kata-katanya ini,

“… semoga di surga nanti saya diberikan rambut yang lebih lurus, kulit yang lebih putih, dan badan yang sempurna.”

Karena di surga Allah akan beri kita semua. Sekarang adalah bagaimana kita bisa ‘cantik’ di mata Allah sehingga kita menggapai ridhoNya dan masuk ke dalam surgaNya. Di sana kita akan sangat cantik, baik dan dicintai. InsyaAllah.

21 responses to “Cantik dan dicintai.

  1. Cape ya kalau sekalu membanding-bandingkan… Coba deh bandingkannya “ke bawah” yang ada banyak rasa bersyukurnya..

    Ayo Nooon… dirimu itu cantik dgn apa adanya kamu, jika diri kita baik, Allah akan memberikan yg terbaik buat kita.. In sya Allah..

    Selamat berhari Minggu … 😊

  2. sama, kebiasan kita selalu cek HP. Kalau saya cek HP buat alarm, lalu sosmed.
    Sama sih, wanita juga yang dinilai pertama berdasarkan mata, penampilan dulu baru yang lain. Ya apa ya?!

  3. Aku jg kalo ngeliat medsos kadang juga sadar ga sadar jadi meng-compare diriku dg org lain. Padahal pesannya Mufti Ismail Menk yah “jangan membandingkan diri kita dengan orang lain, karena bisa berakhir pada rasa iri atau bangga, yg mana dua-duanya engga bagus, jadi fokus ke diri sendiri aja”.

  4. Jangan pesimis gitu dong..

    InsyaAllah masih banyaak laki2 baik, sholih yang tidak menilai seorang wanita dari penampilan fisiknya saja..

    yuk ah..pantaskan diri saja..InsyaAllah wanita baik akan dipertemukan dengan laki2 baik juga..

  5. Klo kita terus membandingkan diri kita dengan yang lain secara fisik maka seringkali yang kita dapatkan adalah kekecewaan. Kenapa? Ya karena yang kita liat selalu dia lebih dari kita. Padahal kita semua punya kelebihan dan kekurangan, masing-masing udah ada jatahnya tinggal kita yang merawat dan menjadikan kelebihan itu menjadi jati diri kita 🙂
    Lagian kecantikan fisik mah gak bakal abadi

    • Bener banget mbak. Hahaha.. Ini sebenernya tulisan nggak ada dewasa-dewasanya banget, tapi anggep aja sebagai suatu pembelajaran *ea ngeles aja bisanya hehehe.. Makasih yo mbak 😀

  6. yup. reality emang bullshit. bahkan aku yang udah kurus dan hampir jatoh ke laut gara-gara ketiup angin aja masih bisa kemakan sama that mainstream mindset.

    tapi, rumput tetangga akan selalu lebih hijau, Fath. hidup kita gak bakal jalan kalau kita terus-menerus ngebandingin diri sama orang lain. mungkin kita lupa bersyukur sama Allah, kebanyakan suudzon sampe lupa kalau kita sebenarnya juga punya kelebihan. mereka yang melihat ‘inner beauty’ saat ini emang masih belum kelihatan. but gradually they will show.

    apa yang membuat nyaman mata, belum tentu ngebuat kita nyaman selamanya 😀

  7. fath, the woles way… 🙂

    Aku punya cerita. Ada seorang janda, suaminya meninggal. Beliau hidup dengan lebih dari dua anak. Si Ibu itu parasnya nggak cantik (ini relatif sih, kadang aku benci harus bilang seseorang cantik atau jelek. Huft), kulit hitam, gendut, usia 40-an. Ternyata sepeninggal suaminya, banyak pemuda yang ingin melamar beliau! Kok bisa? kenapa? apakah si Ibu pakai susuk? guess what

    Selidik punya selidik, si Ibu otaknya cerdas!
    beliau punya kapasitas keilmuan yang oke banget, bijaksana, cara bicaranya berwibawa, lembut, indah akhlaknya, santun, bener-bener cermin seorang muslimah. Dan itulah yang bikin beliau kelihatan CANTIK 🙂 truthfully beautiful.

    Innerbeauty itu segalanya, dan the outside, itu sifatnya nggak sejati. Makin tua, muka makin keriput, tenaga makin loyo, kulit nggak kenceng, dan makin-makin lain yang menurun, bukan naik. Beda sama innerbeauty (atau kita sebut aja dia sebagai kapasitas diri, keilmuan, cara pandang, kebijaksanaan). Makin tua, makin nambah angka usia, harusnya makin besar kecantikannya. Makin bertambah cemerlang kapasitasnya. Setuju? 🙂

  8. Ping-balik: Siapa Bilang Cantik Itu Relatif? | Noted·

  9. Amin….
    Bener aku juga udah punya request list sama Allah buat di akhirat. Hahaahha. Tapi sebelumnya saya harus usaha dulu biar bisa dapet tiket ke akhirat..hehehe

Tinggalkan komentar